HYPOSPADIA
A. Pengertian
Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering
ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya. Hipospadia adalah suatu keadaan
dimana lubang uretra terdapat dipenis bagian bawah, bukan diujung penis.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi
baru lahir.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau dibawah skrotum.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau dibawah skrotum.
B. Insiden
Hipospadia terjadi 1:300
kelahiran bayi laki-laki hidup di Amerika Serikat. Kelainan ini terbatas pada
uretra anterior. Pemberian estrogen dan progestin selama kehamilan diduga
meningkatkan insidensinya. Jika ada anak yang hipospadia maka kemungkinan
ditemukan 20% anggota keluarga yang lainnya juga menderita hipospadia. Meskipun
ada riwayat familial namun tidak ditemukan ciri genetik yang spesifik.
C. Embriologi
Pada embrio yang berumur 2
minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm. Baru kemudian
terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke
perifer, memisahkan ektoderm dan endoderm, sedangkan di bagian kaudalnya tetap bersatu membentuk membran kloaka. Pada permulaan minggu ke-6,
terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang disebut genital
tubercle. Di bawahnya pada garis tengah terbenuk lekukan dimana di bagian
lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold.
Selama minggu ke-7, genital tubercle akan memanjang dan
membentuk glans. Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah
laki-laki, bila wanita akan menjadi klitoris. Bila terjadi agenesis dari
mesoderm, maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak
terbentuk.
Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan
ruptur dan membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk
sisi-sisi dari sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di
atas sinus urogenitalia, maka akan terjadi hipospadia.
D. Anatomi
Uretra merupakan tabung
yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui proses miksi. Pada pria
organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani.
Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra
interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Secara
anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Uretra pars anterior, yaitu uretra yang
dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri dari: pars bulbosa, pars
pendularis, fossa navikulare, dan meatus uretra eksterna.
2. Uretra pars posterior, terdiri dari uretra pars
prostatika, yaitu bagian uretra yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan
uretra pars membranasea.
E. Etiologi
Penyebab pasti hipospadia tidak diketahui
secara pasti. Beberapa etiologi dari hipospadia telah dikemukakan, termasuk
faktor genetik, endokrin, dan faktor lingkungan. Sekitar 28% penderita
ditemukan adanya hubungan familial.
Beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain
:
1.
Gangguan dan
ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Pembesaran tuberkel genitalia dan
perkembangan lanjut dari phallus dan uretra tergantung dari kadar testosteron
selama proses embriogenesis. Jika testis gagal memproduksi sejumlah testosteron
. Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak
ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim
yang berperan dalam sintesis hormone androgen androgen
converting enzyme (5 alpha-reductase) tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2.
Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi.
3.
Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi
Hipospadia sering disertai kelainan penyerta yang biasanya terjadi
bersamaan pada penderita hipospadia. Kelainan yang sering menyertai hipospadia
adalah :
1.
Undescensus testikulorum
(tidak turunnya testis ke skrotum)
2.
Hidrokel
3.
Mikophalus / mikropenis
4.
interseksualitas
F.
Klasifikasi
Klasifikasi hipospadia yang sering digunakan yaitu berdasarkan
lokasi meatus yaitu :
1. Glandular, muara penis terletak pada daerah proksimal glands penis
2. Coronal, muara penis terletak pada daerah sulkus coronalia
3. Penile shaft
4. Penoscrotal
5. Perinea
Pengklasifikasian hipospadia menurut letak muara uretranya antara
lain :
1. Anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal
2. Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan
penoscrotal
3. Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.
G.
Gejala
Hipospadia
Beberapa gejala Hipospadia adalah :
1. Lubang
penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis
2. Penis
melengkung kebawah
3. Penis
tampak seperti berkerudung, karena adanya kelainan pada kulit depan penis
4. Jika
berkemih, anak harus duduk
H. Diagnosis
Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada
pemeriksaan inspeksi. Kadang-kadang hipospadia dapat didiagnosis pada
pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika tidak teridentifikasi sebelum kelahiran,
maka biasanya dapat teridentifikasi pada pemeriksaan setelah bayi lahir.
Pada orang dewasa yang menderita hipospadia
dapat mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat
menyebabkan batang penis melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan
seksual. Hipospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus
miksi dalam posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan
infertilitas.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan
organ-organ seks internal terbentuk secara normal. Excretory urography
dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan
ureter
Diagnosis bias
juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin
perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan
lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan
penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Rangkaian pembedahan biasanya
telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan
hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak
diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan
pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan
seksual.
I.
Diagnosis Banding
1. Ambiguous Genitalia
Genitalia
ambigua adalah kelainan bentuk genitalia eksterna/fenotip yang tidak jelas laki
atau perempuan.
Beberapa
keadaan di bawah ini harus dipertimbangkan sebagai kasus genitalia ambigua yang
perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut :
Tampak laki-laki:
1.
Kriptorkismus bilateral.
2.
Hipospadia dengan skrotum bifidum.
3.
Kriptorkismus dengan hipospadia
4.
Inderteminate/meragukan
5.
Genitalia ambigua
Tampak Perempuan
1.
Clitoromegali
2.
Vulva yang sempit
3.
Kantong hernia inguinalis berisi
gonad
Beberapa
sindrom berhubungan dengan genitalia ambigua, misalnya sindrom
Smith-Lemli-Opitz, Robinow, Denys-Drash, WAGR (Wilms Tumor, Aniridia,
Genitourinary malformation, and Retardation) dan Beckwith-Wiedemann.
2. Anomali Genitalia
J.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan
pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan pada hipospadia adalah:
1.
Membuat penis
yang lurus dengan memperbaiki chordee
2.
Membentuk
uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis (Uretroplasti)
3.
Untuk
mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna (kosmetik)
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan
malformasinya. Pada hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk,
biasanya tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap
lokal (misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI [meatal advance and
glanuloplasty], termasuk preputium plasty).
Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak
yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia
ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan
teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air
seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok aga
urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya
jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi
yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari sulcus
uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
Tahapan operasi
rekonstruksi antara lain :
1.
Meluruskan
penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan
pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang merupakan
jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok. Langkah
selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis
untuk menutup sulcus uretra.
2.
(Uretroplasty).
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada
glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis
yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk
sebelumnya melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita
hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal
dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde
untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara
dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih)
melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah sekitar daerah di bawah
umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.
K. Evaluasi
Setelah menjalani operasi, perawatan paska operasi
adalah tindakan yang amat sangat penting. Orang tua harus dengan seksama
memperhatikan instruksi dari dokter bedah yang mengoperasi. Biasanya pada
lubang kencing baru (post uretroplasty) masih dilindungi dengan kateter sampai
luka betul-betul menyembuh dan dapat dialiri oleh air kencing. Di bagian supra
pubik (bawah perut) dipasang juga kateter yang langsung menuju kandung kemih
untuk mengalirkan air kencing.
Tahapan penyembuhan biasanya kateter diatas di non
fungsikan terlebih dulu sampai seorang dokter yakin betul bahwa hasil
uretroplasty nya dapat berfungsi dengan baik. Baru setelah itu kateter dilepas.
Komplikasi paska operasi
yang terjadi :
1. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya
dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini
digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur
operasi satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10% .
3. Struktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan
oleh angulasi dari anastomosis.
4. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu
lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang
tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang. 6.
Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang
atau pembentukan batu saat pubertas.
6. Untuk menilai hasil operasi hipospadia yang baik, selain
komplikasi fistula uretrokutaneus perlu diteliti kosmetik dan ‘stream’
(pancaran kencing) untuk melihat adanya stenosis, striktur dan divertikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar